Laman

Kamis, 03 Juli 2014

AKSI TEATRIKAL DUKUNG JOKOWI

Medan (04/07) – Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara, menggelar aksi teatrikal yang mangambil tema “Presiden Pelayan Rakyat”. Aksi teatrikal ini didukung oleh berbagai puluhan relawan dari mahasiswa Universitas. Banyak karakter yang ditampilkan, mulai dari pejabat yang tidak peduli pada rakyatnya dan mementingksan diri sendiri hingga rakyat-rakyat yang tertindas dan terkekang. Rakyat yang tidak bisa berkutik dalam suatu pemerintahan ini digambarkan dengan rakyat yang terkurung di dalam kurungan ayam dan para pejabat berleha-leha di luar sana. Karena pejabat yang semena-mena ini, ditampilkan juga bagaimana penderitaan rakyat yang hidup melarat. Namun, ditengah keterpurukan tersebut, muncul sosok satria piningit yang ditujukan kepada Joko Widodo, sebagai penolong masyarakat yang tertindas tersebut.

Koodinator acara, Iwan, menjelaskan alasan yang mendasari aksi teatrikal ini. “Yang pasti kita coba meluruskan dan mengingatkan kembali kpd rakyat bawasannya hari ini kebutuhan rakyat adalah bagaimana rakyat tidak lagi kelaparan, bgaimana rakyat bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi dan bisa sehat,” katanya. Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia untuk kedepannya, yaitu pada periode 2014-2019, membutuhkan pemimpin atau presiden yang melayani rakyat. Hal ini ditunjukkan melalui aksi-aksi teatrikalnya dan berbagai orasi dari kawan-kawannya.

Pada aksi teatrikal ini digambarkan juga ada banyak kepala macan. Iwan menjelaskan bahwa hal ini menggambarkan Indonesia yang sudah tertekan oleh orang-orang diktator, orang-orang arogan, dan orang-orang yang bergaya menakutkan. “Ini yang membuat rakyat makin terjepit, maka, jawabannya hanya satu. Kita butuh pemimpin atau presiden yang mampu melayanirakyat, bukan pemimpin yang harus ditakuti atau harus seram seperti macan.

Penulis : Elvina Soekotjo (1423012019)
Sumber: Metro-Tv 8-11, live adegan (pk 10.20) di Medan, Sumatera Utara.

Kamis, 19 Juni 2014

Rumah Kemalingan, TV Satu-satunya Hilang



                Saat itu tahun 2005, saat saya masih duduk di bangku SD. Seperti biasa, keseharian kami adalah pergi pagi, pulang malam. Papa bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah pabrik sepatu di Krian. Mama juga bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu pertokoan di pusat kota Surabaya. Sedangkan saya sendiri bersekoloah di SD Petra 7 Kalianyar yang juga berada di tengah kota.

                Rumah kami yang berada di daerah barat, membuat kami setiap hari menempuh perjalanan jauh. Rutinitas dimulai pagi hari, papa berangkat bekerja, mama mengantar saya ke sekolah dulu sebelum bekerja, dan sepulang sekolah saya pulang ke rumah saudara yang tidak jauh dari sekolah saya. Setelah mama pulang kerja, saya dijemput dan pulang ke rumah.

                Pada suatu saat sekitar pukul tujuh malam, ketika kami sampai di rumah, kami terkejut karena jendela rumah sudah terbuka. Setelah kami masuk, yang paling jelas adalah televisi 14 inch satu-satunya milik kami yang ada di rumah tersebut hilang. Atap kamar mandi jebol dan jendela terbuka. Diperkirakan pencuri tersebut masuk melalui atap kamar mandi dan keluar lewat jendela.

                Kami shock seketika dan memeriksa barang-barang lain apakah ada yang hilang. Tapi ternyata tidak. Perabot elektronik yang kami punya saat itu hanya televisi dan kulkas kecil. Posisi kursi, meja makan dan dapur masih utuh, dan sepertinya belum terjamah. Rupanya telah ada pencuri yang sudah berani masuk ke dalam rumah ini. Keadaan di perumahan memang sangat sepi, entah itu siang hari atau malam hari. Mungkin maling-maling itu nekat masuk karena telah mengetahui rutinitas kami yang pergi pagi dan pulang malam setiap harinya. Tetapi sayang, mungkin juga ia tidak sempat mencuri barang-barang lain karena keadaan yang tidak begitu aman.

                Pada saat tengah malam, ketika kami semua belum tidur, terdengar suara mobil dari luar dan berhenti di depan rumah kami. Setelah diintip melalui jendela, ternyata sebuah mobil box dan ada dua orang yang turun dari sana. Mereka berdua celinguk’an melihat sekeliling rumah. Papa yang mengetahui hal tersebut kemudia keluar rumah dan menggertak, sehingga kedua orang tersebut kabur dengan segera. Tidak sempat melapor atau menelepon polisi karena jika melakukan tindakan tersebut kemungkinan kedua pencuri tersebut tambah nekat dan bisa membahayakan nyawa kami semua.

                Diduga, 2 orang yang datang malam itu adalah pencuri yang kembali setelah mencuri televisi sebelumnya. Tidak diketahui waktu pasti kapan maling-maling tersebut masuk kedalam rumah. Kemungkinan mereka kembali adalah karena masih banyak barang-barang berharga yang belum sempat diambilnya. Tetapi, karena mengetahui pemilik rumah sudah datang maka mereka langsung pergi begitu saja dan tidak jadi mencuri.

                Penyebab rumah ini bisa kemalingan adalah karena tidak dipasangnya teralis pada jendela sehingga memudahkan orang lain keluar masuk rumah. Sejak kejadian itu, rumah langsung dibenahi dan dipasang teralis, serta kunci rumah dan pagar ditambah dan diperketat lagi.

                Perasaan saya saat mengalami kejadian itu adalah sedih, takut, dan tegang. Peraasaan sedih muncul setelah tahu kalau rumah ini telah kemalingan, dan televisi itu dicuri. Dalam suasana malam ketika pencuri itu datang lagi, suasana jadi tegang. Saya sendiri takut jika terjadi apa-apa. Takut jika pencuri-pencuri tersebut berbuat nekat dan menghabisi seluruh keluarga kami. Tetapi ternyata Tuhan masih melindungi kami semua sehingga tidak terjadi apa-apa. Saya menjadikan kejadian tersebut sebagai peringatan yang diberikan Tuhan bahwa kami masih kurang berhati-hati. Kejadian terebut merupakan kejadian yang pertama dan semoga menjadi terakhir bagi keluarga ini.

Kecelakaan Kapal yang Memuat Imigran Gelap

                Insiden kapal jenis pum-pum yang terbuat dari kayu terjadi pada Rabu, 18 Juni 2014 dini hari. Petugas darurat Malaysia mendapat panggilan darurat pertama pada 00.20 dan panggilan darurat yang kedua pada 03.20 waktu setempat. Kapal tongkang yang tenggelam di perairan Pulau Cary, Air Hitam, Selangor, Malaysia, masih belum diketahui penyebabnya. 97 orang asal Indonesia yang berada dalam kapal tersebut, belum semuanya ditemukan. Masih ada sekitar 30 orang yang hilang.

                Proses pencarian dan penyelamatan seluruh penumpang kapal tongkang masih diusahakan hingga Rabu siang kemarin. 61 WNI yang tidak memiliki ijin tinggal di Malaysia berhasil diselamatkan. Hingga saat ini, korban yang meninggal sudah berjumlah 11 orang (9 orang pria serta 2 orang wanita) dan semuanya tercatat sebagai warga Aceh. Jenazah-jenazahnya yang kini berada di Rumah Sakit Teungku Ampuan Rahima, Klang, Malaysia, akan diidentifikasi untuk mengetahui data korban selelngkapnya. Jika ada korban anak atau balita, akan dibawa ke tempat penampungan TKI bermasalah di Kedutaan Besar Indonesia.

                Herman Prayitno, Duta Besar Indonesia itu memperkirakan bahwa banyak pendatang tanpa ijin yang menggunakan jalan pintas, menggunakan perahu yang tidak muat, sehingga terjadi kecelakaan saat ada sesuatu yang menghambat penyebrangan (misalnya ombak atau angin kencang). Pendatang tanpa ijin tersebut sedang berangkat menuju Aceh.Dari hasil penyelidikan polisi Selangor bahwa kapal tenggelam terbalik karena kelebihan muatan. Kapal yang seharusnya hanya mampu menampu 40 orang, pada saat itu kapal mengangkut 97 orang.

                Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Malaysia prihatin atas kecelakaan yang terjadi. Ia meminta agar para pekerja Indonesia tidak pulang ke tanah air  tanpa dokumen resmi karena hal tersebut membahayakan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perwakilan Indonesia dan Malaysia sedang mengupayakan kepulangan mereka secara resmi dan aman.
               
                Pemerintah Aceh mengharapkan kepulangan secepatnya bagi korban selamat dan meninggal serta berharap tidak ada hukuman bagi imigran asal Aceh ini dari pemerintah Malaysia karena kecelakaan ini murni dianggap sebagai musibah. Koordinasi terus dilakukan antara pemerintah Aceh dengan pihak Kedutaan Besar RI di Malaysia.


Berita terkait:






Minggu, 08 Juni 2014

Cloud Atlas



Cloud Atlas adalah sebuah film yang bercerita bahwa hidup akan terus berlanjut. Setelah kematian, manusia akan hidup lagi dalam ruang waktu dan fisik yang berbeda. Segala perilakunya mempengaruhi kehidupan yang selanjutnya. Dalam film ini, ada 6 kisah dengan rentang jaman yang berbeda.

Cerita pertama, dimulai di Kepulauan Pasifik tahun 1849. Adam Ewing adalah seorang pengacara yang hendak pulang setelah bertemu dengan Pendeta Horrox. Sebelum berlayar pulang, ia sempat melihat perkebunan milik Horrox yang dikerjakan oleh budak (orang – orang berkulit hitam). Pada saat itu, budak dianggap seperti unta yang memang dilahirkan untuk gurun, yang tidak akan merasa kepanasan di bawah matahari seperti orang pada umumnya. Salah satu budak, namanya Autua. Ia mengalami hukuman cambuk karena ia dianggap tidak menjadi budak yang baik. Ketika Ewing menyaksikan hal tersebut, ia pingsan dan ditolong oleh temannya sendiri yaitu dr. Henry Goose.
Yang dilakukan Ewing saat berada dalam kapal adalah menulis buku harian. Ketika dalam perjalanan berlayar, ternyata Autua menyusup dan meminta bantuan Ewing agar ia tidak dibunuh. Ia mau bekerja menjadi awak kapal di kapan milik Molynux (kaptennya). Awalnya Ewing menolak, tetapi kemudian Ewing membantu dengan sepenuh hati agar si kapten mengijinkan Autua tetap dalam kapal. Semakin lama, kesehatan Ewing parah dan pada akhirnya diketahui bahwa Ewing sengaja diracuni oleh Goose, temannya sendiri demi mendapatkan harta milik Ewing. Autua yang mengetahui hal itu, membantu Ewing untuk melepaskan diri dari jeratan Goose, sebagai balas budi. Goose akhirnya mati dibunuh oleh Autua.

Cerita kedua. Cambridge, 1936. Robert Fobrisher adalah seorang gay. Pasangannya adalah Rufus Sixsmith. Fobrisher kabur lewat jendela hotel setelah berhubungan dengan Sixsmith. Ia menuju ke kastil megah milik Vyvyan Ayrs, seorang musisi ternama. Fobrisher akan bekerja pada Vyvyan, sebagai penyalin lagunya. Sejak Fobrisher meninggalkan pasangannya, ia terus rutin mengirimi Sixsmith surat – surat mengenai keberadaan dirinya. Ketika bekerja bersama Vyvyan, ternyata Vyvyan memilki niatan jahat pada Fobrisher. Ia mengambil karya – karya Fobrisher dan mengatasnamakan karya tersebut sebagai karnyanya. Fobrisher diancam akan dibunuhnya jika melawan. Terakhir, Fobrisher menciptakan karya “Cloud Atlas Sextet”. Cloud Atlas Sextet ini pernah datang di mimpi Vyvyan, yang akhirnya direalisasikan oleh Frobisher. Yang menjadi inspirasinya adalah buku harian Adam Ewing (1849) yang ditemukkannya. Keberhasilannya ini membuat kesenangan sesaat yang menyebabkan Fobrisher selingkuh dan berhubungan dengan Jocasta, istri Vyvyan. Sebelum karya Cloud Atlas tersebut direbut oleh Vyvyan, Fobrisher membunuh Vyvyan lebih dulu menggunakan pistol yang diambil dari kamar Vyvyan. Setelah Fobrisher menyelesaikan karyanya tersebut, kemudian ia juga ikut bunuh diri.
Cerita ketiga. San Fransisco, 1973. Luisa Rey, seorang wartawan majalah Spyglass, bertemu Sixsmith yang sudah tua secara tidak sengaja. Mereka berdua terjebak dalam satu lift. Sifat Luisa sebagai seorang wartawan yang rela berkorban pada saat itu sedang melakukan penelitian soal daya nuklir yang akan menjadi pengganti kebutuhan minyak di Amerika, yang dibuat oleh perusahaan milik Lloyld Hooks. Luisa juga memberikan nomor telepon kepada Sixsmith sebelum mereka berpisah. Suatu ketika, Sixsmith menelepon Luisa karena mau menyerahkan dokumen tentang nuklir tersebut. Tetapi Luisa datang terlambat. Sixsmith sudah dibunuh di hotel tempat ia menginap oleh pembunuh bayaran dari Lloyld Hooks dan dokumennya diambil. Setelah itu, Luisa masuk dan menemukan surat – surat yang dibawa oleh Sixsmith. Surat – surat tersebut adalah kumpulan surat dari Fobrisher. Tertarik pada karya Fobrisher tentang Cloud Atlas Sextet, Luisa mencarinya di toko musik dan menemukan. Ia seperti mengalami de javu, bahwa ia mengenal musik tersebut dengan baik.
Di luar surat – surat Fobrisher, Luisa juga bertemu dengan Isac, karyawan perusahaan Lloyld Hooks. Isac merasa de javu terhadap Luisa. Dan ia juga berusaha memberinya informasi tentang nuklir tersebut. Tetapi sayangnya Isac terbunuh di pesawat saat perjalanan ke Seoul.

Cerita Keempat. London, 2012. Timothy Cavendish merupakan penerbit buku dari Dermot Hoggins. Hoggins merupakan seorang penulis buku. Bukunya tidak kunjung terbit karena ada kritikus (Felix Finch) yang banyak mengkritik karyanya tersbut. Akhirnya Hoggins membunuh Finch dan ia akhirnya dipenjara. Cavendish menjadi bangkrut dan terjerat utang yang berbelit – belit, apalagi ketika geng dari Hoggins meminta pembagian hasil jual buku tersebut. Tidak mendapat pinjaman uang di mana – mana, Cavendish lari ke kakaknya sendiri, berharap dapat meminjamkan uang. Tetapi Denny, kakak Cavendish malah menjebaknya masuk ke panti jompo dengan penyiksaan suster Noakes. Semua adalah bentuk permainan dari sang kakak. Denny melakukan ini karena dendam. Adiknya pernah berselingkuh dengan Gorgette, istri Denny.

Cerita Kelima. Neo Seoul, 2144. Jaman Korea modern dimana para karyawan terbuat melalui sistem kloning genetik. Disebut sebagai Fabricant (para pelayan). Orang – orang ini berkerja di sebuah restoran Papa Song untuk melayani konsumen dengan baik. Ada blue print yang jelas terhadap keseharian para fabricant. Peraturan – peraturan yang dibuat disebut dengan katekisme. Fabricant yang terkenal bernama Yoona – 939 dan Sonmi – 451. Yoona berani melawan katekisme, sedangkan tidak dengan Sonmi. Harapan satu – satunya sebagai fabricant adalah sebuah kebahagiaan, dimana kebahagiaan itu dijanjikan oleh Seer Rhee (pimpinan Papa Song), apabila bintang yang ada di kalung besi di leher masing – masing fabricant berjumlah 12. Pemberian bintang ini dilakukan setiap tahunnya. Suatu saat Yoona terbunuh karena melawan katekisme. Tinggal Sonmi yang kemudian ditemukan oleh Hae Joo Chang dan dibawa keluar dari tempat tersebut. Di tempat Hae Joo, Sonmi melihat video dokumenter dari Timothy Cavendish. Pada akhirnya, Sonmi sempat melakukan pengakuan terhadap apa yang terjadi sebelum ia ditangkap. Pesan – pesan dari Sonmi ini yang kemudian dipublikasikan oleh Archivis.

Cerita keenam. Big Isle, 106. Setelah perang di tahun 2144 dan kiamat datang, bumi kembali ke jaman primitif, dimana ada perang antar suku, terutama ada suku Kona sebagai suku kanibal. Disini juga kembali ke kepercayaan animisme dan dinamisme. Georgia adalah iblis yang selalu menghantui Zachry Bailey, penduduk desa. Istri Zach adalah Rose  dan anaknya Catkin. Suatu hari, Zach pernah bermimpi tentang kejadian – kejadian buruk yng menurutnya terjadi di masa lalu. Di pedalaman tersebut, ada seorang peramal, yaitu Abbess yang kepercayaannya pada dewi Sonmi. Tidak hanya Abbsess, tetapi semua menganggap Sonmi adalah makhluk religius yang bisa menolong. Kemudian Zach dan keluarga bertemu dengan Meronym, orang – orang dari kota jaman modern (prescient). Para prescient ini datang setiap 2x dalam setahun untuk memberikan barter pada penduduk pedalaman. Meronym datang untuk mencari Cloud Atlas, sebuah stasiun pengirim pesan pada manusia di bumi, yang terletak di Mauna Sol. Pencarian ini dibantu oleh Zach sebagai imbalan karena Meronym telah menyembuhkan Catkin yang sekarat dan hampir mati (sebagai bentuk balas budi).


Film ini menjadi sangat menarik apabila penonton mengerti seluk beluk dan kaitan antar pemain-pemainnya. Kita dapat melihat bagaimana sebuah siklus kehidupan dijalani dengan sistem reinkarnasi bagi yang mempercayai. Teka-teki dan problema di setiap kehidupan akan berbeda dengan kehidupan sebelumnya ataupun yang akan datang. Karakter yang terbentuk juga akan berbeda.
Sisi buruknya adalah film ini sulit untuk dipahami apabila hanya sekali tonton. Kisah cerita yang berpindah-pindah membuat penonton bingung. Tetapi jika sudah ditonton berkali-kali, maka penonton akan memahami apa yang dimaksudkan dari cerita tersebut. Pelajaran berharga yang dapat diambil dari film ini adalah timbal balik sebab akibat. Perilaku dan perbuatan kita akan menentukan apakah akibat yang kita dapat.